Hukum Boyle (1662)
Hukum Boyle mungkin adalah pernyataan paling awal dari persamaan keadaan.
Pada 1662, fisikawan dan kimiawan ternama Irlandia, Robert Boyle, melakukan serangkaian
percobaan menggunakan tabung gelas bentuk-J yang ujung bagian pendeknya
tertutup. Air raksa ditambahkan ke dalam tabung, memerangkap sejumlah tetap gas di ujung
tabung yang pendek dan tertutup.
Kemudian perubahan volume gas diukur dengan teliti seiring
ditambahkannya air raksa sedikit demi sedikit ke dalam tabung. Tekanan gas
kemudian dapat ditentukan dengan menghitung perbedaan ketinggian air raksa di
bagian pendek tabung yang tertutup dan bagian panjang tabung yang terbuka.
Melalui percobaan ini, Boyle mencatat bahwa perubahan volume gas berbanding
terbalik dengan tekanan. Bentuk matematikanya dapat dituliskan sebagai berikut:
Hukum
Charles atau Hukum Charles dan Gay-Lussac (1787)
Hukum
tekanan parsial Dalton (1801)
Hukum
gas ideal (1834)
Persamaan
keadaan Van der Waals
Persamaan
di atas juga dapat dihubungkan dengan Edme Mariotte dan kadang disebut sebagai Hukum
Mariotte. Namun pekerjaan Mariotte tidak dipublikasikan hingga tahun 1676
Hukum
Charles atau Hukum Charles dan Gay-Lussac (1787)
Pada 1787, fisikawan Perancis, Jacques Charles menemukan bahwa oksigen, nitrogen, hidrogen, karbon dioksida, dan udara
memuai ke tingkat yang sama pada interval temperatur yang sama, pada lebih dari
80 kelvin. Kemudian, pada 1802, Joseph Louis Gay-Lussac mempublikasikan hasil percobaan yang sama, mengindikasikan adanya
hubungan linear antara volume dan temperatur:
Hukum
tekanan parsial Dalton (1801)
Hukum Tekanan Parsial Dalton: Tekanan sebuah campuran gas adalah sama dengan jumlah tekanan
masing-masing gas penyusunnya.
Secara matematik, hal ini dapat direpresentasikan untuk n jenis
gas, berlaku:
Hukum
gas ideal (1834)
Pada 1834 Émile Clapeyron menggabungkan Hukum Boyle dan Hukum Charles ke
dalam pernyataan pertama hukum gas ideal.
Awalnya hukum tersebut dirumuskan sebagai pVm=R(TC+267)
(dengan temperatur dinyatakan dalam derajat Celsius). Namun, pekerjaan lanjutan mengungkapkan bahwa angka tersebut
sebenarnya mendekati 273,2, dan skala Celsius didefinisikan dengan 0 °C = 273,15
K, memberikan:
Persamaan
keadaan Van der Waals
Pada 1873, J. D. van der
Waals memperkenalkan persamaan
keadaan pertama yang diturunkan dengan asumsi sebuah
volume terbatas yang ditempati oleh molekul gas penyusun. Persamaan baru tersebut merevolusi studi
mengenai persamaan keadaan, dan makin dikenalkan melalui persamaan keadaan
Redlich-Kwong dan modifikasi Soave pada Redlich-Kwong.Contoh-contoh persamaan keadaan :
Pada persamaan-persamaan di bawah ini, variabel-variabel didefinisikan
sebagai berikut:
P = tekanan
V = volume
T = temperatur (K)
Suatu gas disebut gas ideal bila memenuhi hukum gas ideal, yaitu hukum
Boyle, Gay Lussac, dan Charles dengan persamaan P.V = n.R.T. Akan tetapi, pada
kenyataannya gas yang ada tidak dapat benar-benar mengikuti hukum gas ideal
tersebut. Hal ini dikarenakan gas tersebut memiliki deviasi (penyimpangan) yang
berbeda dengan gas ideal. Semakin rendah tekanan gas pada temperatur tetap,
nilai deviasinya akan semakin kecil dari hasil yang didapat dari eksperimen dan
hasilnya akan mendekati kondisi gas ideal. Namun bila tekanan gas tesebut
semakin bertambah dalam temperatur tetap, maka nilai deviasi semakin besar
sehingga hal ini menandakan bahwa hukum gas ideal kurang sesuai untuk
diaplikasikan pada gas secara umum yaitu pada gas nyata atau gas riil.
Gas ideal memiliki deviasi (penyimpangan) yang lebih besar terhadap
hasil eksperimen dibanding gas nyata dkarenakan beberapa perbedaan pada
persamaan yang digunakan sebagai berikut:
·
Jenis gas
·
Tekanan gas. Ketika jarak antar molekul menjadi semakin kecil, terjadi
interaksi antar molekul dimana tekanan gas ideal lebih besar dibanding tekanan
gas nyata (Pnyata < Pideal)
Volume gas. Dalam gas ideal, volume gas diasumsikan
sama dengan volume wadah karena gas selalu menempati ruang. Namun dalam
perhitungan gas nyata, volume molekul gas tersebut juga turut diperhitungkan,
yaitu:
dimana adalah
kerapatan, indeks
adiabatik, dan e energi dalam. Bentuk terakhir
adalah murni dalam suku-suku kuantitas intensif dan berguna ketika
mensimulasikan persamaan
Euler karena mengekspresikan hubungan antara
energi dalam dan bentuk-bentuk energi lain (seperti energi kinetik), sehingga
memperkenankan simulasi untuk mematuhi Hukum Pertama.Gas yang mengikuti hukum
Boyle dan hukum Charles, yakni hukum gas ideal (persamaan (, disebut gas
ideal. Namun, didapatkan, bahwa gas yang
kita jumpai, yakni gas nyata, tidak secara
ketat mengikuti hukum gas ideal. Semakin rendah tekanan gas pada
temperatur tetap, semakin kecil deviasinya dari perilaku ideal. Semakin tinggi
tekanan gas, atau dengan kata lain, semakin kecil jarak intermolekulnya, semakin
besar deviasinya. Paling tidak ada dua
alasan yang menjelaskan hal ini. Peratama, definisi temperatur absolut
didasarkan asumsi bahwa volume gas real sangat kecil sehingga bisa diabaikan. Molekul gas pasti memiliki volume nyata
walaupun mungkin sangat kecil. Selain itu, ketika jarak antarmolekul semakin
kecil, beberapa jenis interaksi antarmolekul akan muncul.
Fisikawan Belanda Johannes Diderik van der
Waals (1837-1923) mengusulkan persamaan keadaan gas nyata, yang dinyatakan
sebagai persamaan keadaan van der Waals atau persamaan van der Waals. Ia
memodifikasi persamaan gas ideal dengan cara sebagai berikut: dengan
menambahkan koreksi pada P untuk mengkompensasi interaksi antarmolekul,
mengurangi dari suku V yang menjelaskan volume real molekul gas. Sehingga
didapat:
a dan b adalah nilai yang ditentukan secara
eksperimen untuk setiap gas dan disebut dengan tetapan van der Waals Semakin
kecil nilai a dan b menunjukkan bahwa perilaku gas semakin mendekati perilaku
gas ideal. Besarnya nilai tetapan ini juga berhubungan dengan kemudahan gas
tersebut dicairkan.
Gas yang
mengikuti hukum Boyle dan hokum Charles, disebut gas ideal. Namun, didapatkan, bahwa gas yang kita jumpai, yakni gas nyata, tidak secara
ketat mengikuti hukum
gas ideal. Semakin rendah tekanan gas pada temperatur tetap, semakin kecil deviasinya dari perilaku ideal. Semakin
tinggi tekanan gas, atau dengan dengan kata lain, semakin kecil jarak intermolekulnya, semakin besar deviasinya.
Paling tidak, ada dua
alasan yang menjelaskan hal ini. Pertama, definisi temperatur absolut didasarkan asumsi bahwa volume gas real sangat kecil
sehingga bisa diabaikan.Molekul gas pasti
memiliki volume nyata walaupun mungkin sangat kecil. Selain itu, ketika jarak antarmolekul semakin kecil, beberapa jenis
interaksi antarmolekul akan muncul. Fisikawan Belanda Johannes Diderik van der Waals (1837-1923)
mengusulkan persamaan
keadaan gas nyata, yang dinyatakan sebagai persamaan keadaan van der Waals atau persamaan van der Waals. Ia
memodifikasi persamaan gas ideal dengan cara sebagai berikut: dengan menambahkan koreksi pada p untuk
mengkompensasi interaksi
antarmolekul; mengurango dari suku V yang menjelaskan volume real molekul gas.
wah saya masih belum paham, bagaimana penurunan rumus PV=nRT itu sehingga bisa konstan?